Saturday, June 17, 2017

MARAKNYA AKSI TAWURAN PARA PESERTA DIDIK BUKTI BELUM TERCAPAINYA PENDIDIKAN KARAKTER



ilustrasi

Berbicara masalah pembentukan karakter pasti tidak akan pernah lepas dari yang namanya pendidikan, John Dewey menyatakan, bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan fungsi sosial, sebagai bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membuka serta membentuk disiplin hidup. Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhananya suatu komunitas manusia, memerlukan adanya pendidikan. Muhammad 'Athiyyah al-Abrasyi, mendefinisikan pendidikan sebagai suatu upaya maksimal seseorang atau kelompok orang dalam mempersiapkan peserta didik agar ia hidup sempurna, bahagia, cinta tanah air, fisik yang kuat, akhlak yang sempurna, lurus dalam berfikir, berperasaan yang halus, terampil dalam bekerja, saling menolong dengan sesama, dapat menggunakan fikirannya dengan baik melalui lisan maupun tulisan, dan mampu hidup mandiri.
Pengertian ini sejalan dengan rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional Indonesia yang terdapat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 :
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Menurut Griek mengemukakan bahwa karakter dapat didefinsikan sebagai paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan orang yang lain. Dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat sedemikian rupa, sehingga “berbentuk” unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.
Dalam Islam karakter sering disebut dengan istilah akhlak mengutip pendapat Ibnu Maskawaih diartikan sebagai, hal linnafs da’iyah laha ila af’aliha min ghair fikrin wa laa ruwayatin (sifat atau keadaan yang tertanam dalam jiwa yang paling dalam yang selanjutnya lahir dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi). Sedangkan Ahmad Tafsir perpendapat karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Ahmad Tafsir juga menegaskan bahwa pendidikan karakter itu sangat penting, karakter merupakan penanda bahwa seorang layak atau tidak layak disebut manusia, dan pendidikan karakter itu adalah tugas semua orang, termasuk lembaga pendidikan Islam. Ada 18 nilai-nilai dalam membentuk karakter peserta didik yaitu,
1.        Jujur,
2.        Toleransi,
3.        Disiplin,
4.        Kerja keras,
5.        Kreatif,
6.        Mandiri,
7.        Demokratis,
8.        Rasa Ingin Tahu,
9.        Semangat Kebangsaan,
10.    Cinta Tanah Air,
11.    Menghargai Prestasi,
12.    Bersahabat/Komunikatif,
13.    Cinta Damai,
14.    Gemar Membaca,
15.    Peduli Lingkungan,
16.    Peduli Sosial,
17.    Tanggung Jawab
18.    Religius. 

Ketika pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya untuk membentuk karakter peserta didik melalui pembelajaran di sekolah ternyata kenyataan di lapangan sudah banyak fenomena kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit sebagian generasi peserta didik, hal ini dilihat sudah maraknya aksi tawuran yang dilakukan sebagian dari peserta didik berbagai sejata tajam digunakan dalam aksi tawuran tersebut. Bahkan aksi tawuran dilakukan pada bulan suci ramadhan walaupun dari peserta didik sudah ada yang tertangkap oleh pihak keamanan akan tetapi hal ini tidak membuat efek jera bagi peserta didik dan aksi tawuran tetap saja terjadi di kalangan peserta didik. dari fakta di atas, contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi dan sudah tergambar jelas bahwa dengan maraknya aksi tawuran yang dilakukan oleh peserta didik menunjukkan belum tercapainya pendidikan karakter. Ini menjadi tanda tanya besar dalam hati siapa yang harus kita salahkan ? apakah kita akan menyalahkan sistem yang sudah ada pada saat ini ? ataukah kita akan menyalahkan tenaga pendidik yang ada di sekolah ?
Menurut hemat penulis kita tidak bisa memandang dari satu sisi saja, konsep pendidikan karakter tidak akan bisa tercapai selama lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat tidak ada menjalin komunikasi satu sama lain. Pada lingkungan keluarga, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam membina kepribadian dan membentuk karakter generasi bangsa, khususnya anak- anak mereka. Anak adalah anugerah Tuhan yang sangat berharga, di balik itu terdapat amanah yang besar untuk mendidik, membesarkan dan memberikan contoh perilaku yang baik terhadap anak. Jadi orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga harus menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya secara logika pertumbuhan dan perkembangan si anak pasti akan meniru dan mencotoh dari orang tuanya. Pada hakekatnya keluarga atau rumah tangga, merupakan tempat pertama dan yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah. Begitu pula halnya pendidikan agama harus dilakukan oleh orang tua sewaktu kanak-kanak dengan membiasakan pada akhlak dan tingkah laku yang diajarkan agama.
Kemudian pada lingkungan sekolah, tenaga pendidik juga merupakan suri tauladan bagi peserta didik, karena tugas tenaga pendidik tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja tetapi juga dalam rangka membina dan mendidik siswanya agar memiliki akhlak mulia melalui pendidikan serta diharapkan siswa dapat mengamalkan dalam kehidupan keseharian mereka. Semua itu menjadi tanggung jawab mutlak bagi guru saat di sekolah.
Sedangkan lingkungan masyarakat juga mempunyai andil dalam membina kepribadian dan membentuk akhlak generasi muda. buya Hamka berkata pembentukan akhlak anak dalam masyarakat adalah keseluruhan budaya, komunitas sosial, dan segala unsur apapun yang tercakup di dalamnya yang dapat membentuk dan mendukung kepribadian si anak. Akhlak si anak dapat dikatakan sebagai cerminan dari bentuk akhlak masyarakat di mana ia berada.
Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter bukan hanya tugas dari tenaga pendidik semata, akan tetapi dari keluarga dan masyarakat juga ikut berperan dan bertanggung jawab mendidik dan membina akhlak mulia pada anak. Ketiga unsur ini tidak dapat berjalan dengan sendiri-sendiri harus menjalin kerja sama satu sama lainnya agar tujuan dari dari pendidikan nasional dapat tercapat sebagaimana yang diharapkan. Ketiga komponen ini harus mengerti betul perannya masing-masing agar konsep pendidikan karakter itu dapat tercapai seperti yang diharapkan sehingga fenomena aksi tawuran yang dilakukan oleh peserta didik dapat diatasi dengan baik. Wallahu A'lam Bishawab

Sumber Bacaan

Elmubarok, Zaim, Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung : Alfabeta, 2009

Jalaludin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada , 2003

Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012

Muslich, Masnur, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis  Multidimensional, Jakarta : Bumi Aksara,  2011

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

……………., Kapita Selekta Pendidikan Islam, Isu-Isu Kontemporer Tentang Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013

Redaksi Sinar Grafika,UU Sisdiknas ( Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No.20 Th.2003), Sinar Grafika Offset, 2003

Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, Bandung: Alfabeta, 2009


Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Prenada Group Media, 2012

MOTIVASI DAN ETOS KERJA KEPENDIDIKAN ISLAM

                                                                           ADI PUTRA BUNDA

Sudah merupakan opini umum bahwa permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional di antaranya melalui pengadaan buku dan alat pelajaran, berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, perbaikan dan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian dilihat dari berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan peningkatan yang adil (equity) dan merata (equality). Pendidikan diharapkan dapat membentuk manusia yang berkualitas yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Paradigma nasional Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 menjadi landasan dalam konsepsi dan pola pikir pengembangan kebijakan dan program pembangunan pendidikan nasional. Selain itu UU Sisdiknas, UU BHP, UU Guru dan Dosen, PP, Permen dan Perda menjadi landasan yuridisnya.
Salah satu faktor penentu dalam menunjang keberhasilan peningkatan mutu pendidikan adalah tenaga pendidik. tenaga pendidik merupakan sumber daya manusia yang berada di front paling depan tempat saat terjadinya interaksi belajar mengajar. Hal itu mengandung makna bahwa upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari guru dan tenaga kependidikan lainnya. Dalam mengoptimalkan kinerja mengajar guru yakni dalam rangka melaksanakan tugas dan pekerjaannya, maka kepala sekolah yang berkualitas harus mampu mempengaruhi, menggerakkan, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintahkan, melarang, dan bahkan memberikan sanksi, serta membina dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara efektif dan efisien. Melalui peningkatan kinerja mengajar guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, diharapkan prestasi kerja guru dapat mencapai hasil yang optimal.

Friday, June 16, 2017

NILAI PENDIDIKAN DARI KISAH UWAIS AL-QARNI



Oleh
Adi Putra Bunda


Ada hal yang menarik dari kisah Uwais al-Qarni, mengutip dari laman NU.com dikisahkan Uwais al-Qarni adalah seorang anak dari Amir, sehingga dia mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir al-Qairani, karena beliau lahir dilahirkan di desa yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di kenal dengan sebutan Uwais al-Qarni. Para ahli sejarah tidak menceritakan tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan. Dikalangan para sufi beliau dikenal sebagai seorang yang ta’at dan berbakti kepada kedua orang tua, dan kehidupannya yang amat sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga dikenal sebagai orang sufi yang mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar biasa yang dilimpahkan Allah SWT kepadanya. Uwais Al-Qarni terkena penyakit sopak, karena penyakit itu tubuhnya menjadi belang-belang. Walaupun cacat tapi ia adalah pemuda yang saleh dan sangat berbakti kepada ibunya, seorang perempuan wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan ibunya. sehingga tidaklah heran jikalau Allah Ta’ala memujinya di kalangan penduduk langit,

Thursday, June 8, 2017

MAQAMAT DAN AHWAL ADALAH TINGKATAN YANG HARUS DILALUI OLEH SEORANG SUFI


Oleh 
Adi Putra Bunda 

Tasawuf memiliki inti kesadaran adanya hubungan kedekatan dengan Allah, yang selanjutnya bentuk rasa kedekatan dengan Allah sebagai bagian dari pengalaman Dzauqiyah Manusia dengan Allah. Kedekatan dengan Allah tersebut menumbuhkan kesadaran bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya. Segala eksistensi yang relatif dan nisbi tidak ada artinya dihadapan enksistensi Allah yang absolut. Ilmu tasawuf dinamakan juga dengan ilmu batin sebagaimana syaikh al-Manawi dalam kitab Faed al-Qodir dalam menjelaskan hadist Nabi saw ilmu itu dua macam, ilmu yang ada di dalam kalbu itulah ilmu yang bermanfaat dan ilmu yang diucapkan oleh lidah adalah ilmu hujjah/ hukum, atas anak cucu Adam. Ilmu batin yang keluar dari qalbu adalah tasawuf, yang dikerjakan dan diamalkan oleh qalbu atau hati, dan ilmu yang dhahir yang keluar dari lidah adalah ilmu yang diucapkan oleh lidah dan diamalkan oleh jasad yang disebut juga ilmu Syari’ah. Sebagaimana yang telah dijalani oleh beberapa tokoh besar sufi yang menjalani hidupnya penuh dengan ketaqwaan serta manjalankan beberapa maqam dan dikaruniai berbagai hal sehingga menjadikan hidupnya penuh dengan kebahagiaan baik didunia maupun di akhirat. Mereka merasa sangat dekat dengan tuhan-Nya. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tasawuf adalah satu dari ilmu-ilmu keIslaman yang begitu menarik untuk dikaji.

Thursday, June 1, 2017

PEMIKIRAN EKONOMI MUHAMMAD ASY- SYAIBANI


Oleh
Adi Putra Bunda, S.PdI


       Dalam literatur agama Islam tidak hanya membicarakan permasalahan ibadah semata tetapi Islam juga membicarakan masalah hukum (fiqih), masalah politik dan ketatanegaraan (siyasah), tetapi agama Islam juga membicarakan masalah perniagaan atau ekonomi (muamalah). perkembangan ekonomi itu sejatinya sudah ada sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rosululloh saw, karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rosululloh saw menjadikan pedoman oleh para Khalifah sebagai penggantinyadalam memutuskan masalah-masalah ekonomi. Al-Qur’an dan Al-Hadist digunakan sebagai dasar teori ekonomi oleh para khalifah juga digunakan oleh para pengikutnya dalam menata kehidupan ekonomi negara. Sejarah membuktikan bahwa Ilmuwan muslim pada era klasik telah banyak menulis dan mengkaji ekonomi Islam tidak saja secara normatif, tetapi juga secara empiris dan ilmiah dengan metodologi yang sistimatis. Selain itu masih banyak ditemukan buku-buku yang khusus membahas bagian tertentu dari ekonomi Islam. Salah satu tokoh ulama yang membahas permasalahan ekonomi adalah Abu Abdullah Muhammad bin al-Hasan bin Farqad Jazariya asy-Syaibani atau yang biasa lebih dikenal dengan nama asy- Syaibani, tulisan ini akan membahas bagaimana pemikiran ekonomi dalam pandangan asy-Syaibani.

WAWASAN AL- QUR’AN DAN HADITS TENTANG USAHA DAN KERJA


Oleh 
Adi Putra Bunda, S.PdI

Kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang. Idealnya, semakin tinggi iman itu maka semangat kerjanya juga tidak rendah. Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya dengan hal-hal spiritual tetapi juga program aksi. Dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Islam selain diperintahkan untuk beribadah Allah memerintahkan untuk bekerja (berusaha).

TARIQAT DAN SPIRITUALISME ABAD MODERN


Oleh 
Adi Putra Bunda

Zaman sekarang dimana manusia hidup dengan serba canggih atau modern, ditandai dengan kemakmuran material, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi modern, serba mekanik dan otomatis. Sehingga berdampak kepada kehidupan yang semakin mudah. Tapi dibalik itu dilihat terjadinya kesenjangan dalam kehidupan antara sikaya dan simiskin, manusia semakin dilanda krisis kehampaan spiritual. Penyakit lain dari dunia modern adalah paham sekularisme, sesuatu paham yang menjauhkan benda dari makna spiritualnya. Kemudian sekularisme merambah ke pemikiran, yang pada akhirnya agama menyerah kepada kecenderungan itu. Pada akibatnya manusia sering lepas control. Semakin terlihat manusia menghahalkan segala cara untuk mendapatkan tujuan, nilai-nilai kemanusiaan semakin surut, toleransi sosial, solidaritas, serta ukhuwah islamiyah semakin memudar, manusia semakin individual. Ditengah suasana ini manusia merasakan kerinduan akan nilai-nilai ketuhanan, nilai-nilai yang menuntun manusia kembali kepada fitrahnya. Karena itu manusia mulai tertarik nenoelajari tasawuf dan tarekat dan usaha untuk mengamalkannya.

MU’TAZILAH

Pendahuluan Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, di masyarakat pada saat itu sudah berkembang perdebatan yang sengit dalam hal pemikiran dan...